Home » , » Kapolres Diminta Datang, Wakapolres Disandera Oleh Alumni Annuqayah

Kapolres Diminta Datang, Wakapolres Disandera Oleh Alumni Annuqayah

Written By Admin on Selasa, 17 Juli 2012 | 13.33

Sumenep ( Madura Portal ) - Ribuan santri dan alumni santri dari Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-guluk, Pondok Pesantren Sukorejo, dan Robin, serta beberapa Pondok Pesantren lain di Sumenep, Selasa (17/07/12) yang 'geruduk' Mapolres setempat merasa kecewa, karena Kapolres Sumenep, AKBP Dirin tidak menemui mereka karena tengah berada di Polda Jawa Timur.

"Tidak ada alasan Kapolres tidak datang menemui kami. Di Polda ada helikopter. Kapolres bisa segera datang dengan helikopter. Kami akan menunggu Kapolres Sumenep, AKBP Dirin datang menemui kami untuk meminta maaf," kata Etto, salah satu orator.

Ia menganggap kedatangan Kapolres sangat penting untuk meminta maaf pada para santri Annuqayah yang sudah dilecehkan, karena ditolak saat mendaftar sebagai anggota bintara Polri. "Kami akan menunggu kedatangan Kapolres. Dengan helikopter hanya butuh waktu 20 menit. Kalau tidak datang, jangan salahkan kami kalau para santri melakukan sesuatu," ujarnya.

Sementara Wakapolres Sumenep, Komisaris Polisi Fadil yang menemui para santri, berusaha menerangkan jika Kapolres Sumenep AKBP Dirin tengah berada di Polda. "Pak Kapolres saat ini masih meminta ijin pada pak Kapolda untuk datang ke Sumenep, entah menggunakan helikopter ataupun mobil. Mohon sabar menunggu," katanya.

Namun siapa sangka, penjelasan tersebut justru berbuntut pada disanderanya Wakapolres Sumenep oleh para pengunjuk rasa. "Kawan-kawan, kalau memang Kapolres masih Polda, bagaimana kalau Wakapolres kita sandera saja sebagai jaminan, sampai Kapolres datang. Kalau kita berpanas-panas, maka Wakapolres juga harus ikut panas-panas dengan kita. Gimana? Setuju?" ujar Etto.

Tak urung, Wakapolres Sumenep, Komisaris Polisi Fadil pun terpaksa naik ke atas pick up, bergabung bersama korlap aksi di tengah-tengah massa. Sementara beberapa perwira lain tidak bisa berbuat apa-apa melihat 'drama penyanderaan' tersebut, demi menghindari emosi massa.

Aksi ribuan santri dengan penjagaan ratusan polisi berlangsung damai. Massa berangsur-angsur membubarkan diri dan bergerak dari polres ke gedung DPRD Sumenep.

Aksi tersebut berawal ketika, Moh. Azhari, alumni Madrasah Aliyah 2 Annuqayah Guluk-guluk, ditolak saat mendaftar ke Polres Sumenep sebagai calon Brigadir Brimob dan Dalmas.

Moh. Azhari ditolak saat mendaftar, diduga akibat adanya point persyaratan yang berbunyi: 'Khusus untuk lulusan pondok pesantren, sesuai dengan Surat Departemen Pendidikan Nasional, yang diakui setara dengan SMU dan diperbolehkan mendaftar menjadi anggota Polri antara lain Ponpes Gontor Ponorogo, Ponpes Al- Amin Prenduan Sumenep, Ponpes Mathabul Ulum Sumenep, dan Ponpes Modern Al- Barokah Patianrowo Nganjuk. Sedangkan nama Annuqayah yang dikenal sebagai pesantren besar di Sumenep, tidak tercantum.

Padahal ijazah Moh. Azhari, tertulis dengan kop Kementrian Agama, dan menerangkan jika yang bersangkutan merupakan lulusan Madrasah Aliyah 2 Annuqayah Guluk-guluk, bukan pondok pesantren Annuqayah Guluk-guluk. Dalam ijazah tersebut, juga tertera nilai sejumlah mata pelajaran, termasuk juga tertulis nilai ujian nasional yang diselenggarakan Pemerintah.

Kementrian Agama Sumenep menyatakan jika ijazah Madrasah Aliyah 2 Annuqayah tersebut merupakan ijazah yang diakui negara dan setara dengan SMA.

Sumber : beritajatim.com
Share this article :

1 komentar:

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. MADURA PORTAL NEWS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger