
Minimnya sentimen positif dari global setelah dirilisnya data pertumbuhan ekonomi beberapa negara Uni Eropa dan Jepang yang hasilnya negatif telah membuat aksi risk appetite kembali lesu. Imbasnya, investor kembali memburu dolar yang dianggap sebagai aset paling aman (safe haven).
Meski diiringi dengan sentimen negatif, rupiah masih akan bertahan di level 9.600 per dolar Amerika. Hal itu disebabkan oleh nilai tukar rupiah saat ini mulai sesuai dengan fundamental. Nilai fundamental rupiah membaik, terlihat dari selisih kurs di pasar domestik dan pasar offshore yang lebih sempit.
Bank sentral berperan penting dalam upaya penguatan rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya. Peraturan Bank Indonesia bagi investor, yang mengharuskan bertransaksi dolar di bank dalam negeri, telah membawa dampak positif bagi rupiah. Selain itu, upaya pemerintah dalam menyerap likuiditas rupiah melalui lelang surat utang negara (SUN) turut meredam volatilitas rupiah.
"Dengan peraturan itu, suplai dolar di pasar domestik lebih terkendali sehingga memudahkan bank sentral dalam menyeimbangkan permintaan dan penawaran rupiah di pasar," kata Nurul.
Hari ini, rupiah akan ditransaksikan di kisaran 9.600-9.690 per dolar AS. Untuk kembali menguat, rupiah masih butuh katalis positif baru dari domestik dan ekonomi global. Namun, menjelang akhir bulan, biasanya permintaan akan dolar AS kembali meningkat sehingga bisa kembali menghambat penguatan rupiah.
Akhir pekan lalu, rupiah ditutup di level 9.670 per dolar Amerika, melemah 3 poin dibanding pekan sebelumnya, di level 9.667 per dolar AS
Sumber : tempo.co
0 komentar:
Posting Komentar