Malang (Madura Portal) - Sedikitnya 15 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta di Kabupaten Malang menjadi korban pemerasan gerombolan orang yang mengaku wartawan harian lokal terbitan Surabaya Jawa Timur.
Akibat kejadian ini, 15 Lembaga SMP Swasta yang berada di pinggiran desa terpencil, dipaksa menyerahkan sejumlah uang pada pelaku pemerasan yang nilainya, mencapai belasan juta rupiah.
Aksi gerombolan orang yang mengaku bekerja di dunia jurnalistik ini, terungkap saat 65 Lembaga SMP Swasta, saling curhat dan konsolidasi Kamis (17/5/2012) di SMK Budi Mulya, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.
Dalam konsolidasi tersebut, 65 Lembaga SMP Swasta mengaku resah atas gerombolan orang yang mendatangi sekolahnya dengan berpura-pura sebagai wartawan. "Kami didatangi 5 sampai 6 orang. Badannya besar dan kekar. Mereka awalnya datang dan tanya-tanya bangunan sekolah. Ujung-ujungnya, minta uang yang nominalnya mereka tentukan," ungkap Suratmin, Kepala Sekolah SMP PGRI 4 Kalipare, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang, Kamis (17/5/2012).
Pelaku pemerasan datang pada beberapa hari yang lalu. Saat itu, kawanan pelaku sempat mampir ke sekolahnya. Karena tidak ada, gerombolan 6 orang menemuinya dirumah pada sore hari. "Rumah saya memang dekat dengan sekolah. Saking kesalnya, saya sempat marah-marah dan terpaksa memberi uang pada mereka Rp 1,5 juta.
Menurut Suratmin, gerombolan ini berpura-pura menanyakan uang bantuan dari dana Block Grand. Namun, saat ditanya dari media mana, pelaku justru marah sembari menunjukkan id card tugas jurnalistiknya yang diduga, palsu.
Tak hanya Suratmin, Kepala Sekolah SMP Dharma Wanita 1, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Munaryanto bernasib sama. Pihaknya bahkan ditarget harus memberikan uang jika tidak ingin, uang bantuan dana Block Grand ditulis melalui media. "Kami sudah curiga kalau mereka wartawan abal-abal. Soalnya, saat datang ke sekolah tampilannya tidak mencerminkan seorang wartawan," katanya.
Munaryanto menjelaskan, karena ditakut-takuti, pihaknya terpaksa memberikan uang tunai Rp 2,5 juta pada gerombolan pelaku. Menanggapi ini, Bupati LIRA Malang, Zuhdy Achmadi tegas mengatakan jika pelaku yang mendatangi lembaga SMP Swasta dengan mengatasnamakan wartawan sudah masuk ranah pidana murni. "Ini sudah masuk hukum pidana tentang pemerasan. Polisi harus turun tangan mengusut para pelakunya,"kata Abak Zuhdy panggilan akrabnya.
Ia menambahkan, dari pengaduan masyarakat dan lembaga SMP Swasta yang dia terima, gerombolan pemeras ini sempat terekam poto salah satu Kepala Sekolah yang jadi korban pemerasan.
Kawanan pelaku saat beraksi, memakai mobil avanza silver dengan nopol S 1897 Q. "Kami akan berkoordinai dengan petugas kepolisian. Ini sudah melanggar hukum," pungkasnya.
Akibat kejadian ini, 15 Lembaga SMP Swasta yang berada di pinggiran desa terpencil, dipaksa menyerahkan sejumlah uang pada pelaku pemerasan yang nilainya, mencapai belasan juta rupiah.
Aksi gerombolan orang yang mengaku bekerja di dunia jurnalistik ini, terungkap saat 65 Lembaga SMP Swasta, saling curhat dan konsolidasi Kamis (17/5/2012) di SMK Budi Mulya, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.
Dalam konsolidasi tersebut, 65 Lembaga SMP Swasta mengaku resah atas gerombolan orang yang mendatangi sekolahnya dengan berpura-pura sebagai wartawan. "Kami didatangi 5 sampai 6 orang. Badannya besar dan kekar. Mereka awalnya datang dan tanya-tanya bangunan sekolah. Ujung-ujungnya, minta uang yang nominalnya mereka tentukan," ungkap Suratmin, Kepala Sekolah SMP PGRI 4 Kalipare, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang, Kamis (17/5/2012).
Pelaku pemerasan datang pada beberapa hari yang lalu. Saat itu, kawanan pelaku sempat mampir ke sekolahnya. Karena tidak ada, gerombolan 6 orang menemuinya dirumah pada sore hari. "Rumah saya memang dekat dengan sekolah. Saking kesalnya, saya sempat marah-marah dan terpaksa memberi uang pada mereka Rp 1,5 juta.
Menurut Suratmin, gerombolan ini berpura-pura menanyakan uang bantuan dari dana Block Grand. Namun, saat ditanya dari media mana, pelaku justru marah sembari menunjukkan id card tugas jurnalistiknya yang diduga, palsu.
Tak hanya Suratmin, Kepala Sekolah SMP Dharma Wanita 1, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Munaryanto bernasib sama. Pihaknya bahkan ditarget harus memberikan uang jika tidak ingin, uang bantuan dana Block Grand ditulis melalui media. "Kami sudah curiga kalau mereka wartawan abal-abal. Soalnya, saat datang ke sekolah tampilannya tidak mencerminkan seorang wartawan," katanya.
Munaryanto menjelaskan, karena ditakut-takuti, pihaknya terpaksa memberikan uang tunai Rp 2,5 juta pada gerombolan pelaku. Menanggapi ini, Bupati LIRA Malang, Zuhdy Achmadi tegas mengatakan jika pelaku yang mendatangi lembaga SMP Swasta dengan mengatasnamakan wartawan sudah masuk ranah pidana murni. "Ini sudah masuk hukum pidana tentang pemerasan. Polisi harus turun tangan mengusut para pelakunya,"kata Abak Zuhdy panggilan akrabnya.
Ia menambahkan, dari pengaduan masyarakat dan lembaga SMP Swasta yang dia terima, gerombolan pemeras ini sempat terekam poto salah satu Kepala Sekolah yang jadi korban pemerasan.
Kawanan pelaku saat beraksi, memakai mobil avanza silver dengan nopol S 1897 Q. "Kami akan berkoordinai dengan petugas kepolisian. Ini sudah melanggar hukum," pungkasnya.
Sumber : beritajatim.com
0 komentar:
Posting Komentar