Jakarta (Madura Portal) Tak bisa dipungkiri, masalah dualisme klub merupakan salah satu aib terbesar yang terjadi di tubuh PSSI era kepemimpinan Djohar Arifin Husin saat ini. Beberapa klub yang sebenarnya sudah memiliki tradisi cukup lama, kini memiliki kloningannya. Lihat saja bagaimana Persija, PSMS, Arema hingga Persebaya mempunyai dua klub di dua Liga yang berbeda. Ada Persija yang berlaga di Indonesia Super League, ada juga yang tampil di Indonesian Premier League (IPL). Begitu pula yang terjadi dengan Arema, PSMS dan Persebaya.
Masalah dualisme klub inipun sebenarnya tidak patut terjadi jika melihat bagaimana sejarah dari klub yang ada. Dari sana pasti bisa terlihat jelas, mana klub yang asli mana yang merupakan klub buatan atau kloningan istilahnya. Namun bukannya mengaca pada sejarah, PSSI ternyata punya cara lain untuk menyelesaikan masalah dualisme klub. Caranya pun terbilang konyol karena PSSI meminta kedua klub yang memiliki kembaran ini diadu dalam sebuah pertandingan, dimana yang menang nantinya akan berhak menggunakan nama klub tersebut.
“Diadu saja untuk menyelesaikan dualisme klub. Bagi pemenang akan menjadi klub yang sah. Biar berjalan fair play, kami siap datangkan wasit dari luar negeri,” ungkap Koordinator Timnas, Bernhard Limbong dilansir dari 12paz.
Jelas, alasan ini tampaknya sangat tidak mungkin digelar. Rasanya tidak adil jika ada klub yang memang sangat asli dan sejarahpun mencatat perjalanan mereka selama puluhan tahun harus diadu dengan klub yang baru terbentuk beberapa tahun saja. Yang lebih aneh tentunya mempertemukan kedua klub ini seolah-olah ingin mengadu domba kedua kubu klub yang kini menjadi saudara kembar tersebut.
PSSI sendiri sebenarnya sangat mudah untuk mengakhiri konflik dualism klub ini. Paling jelas tentu saja tinggal melihat kubu dari klub mana yang mendapatkan dukungan dari fans fanatiknya. Dan lagi-lagi PSSI lewat Koordinator Timnas, Bernhard Limbong pun kemudian punya cara lain untuk menyelesaikan konflik ini. jika pada akhirnya klub-klub tersebut tidak setuju diadakan pertandingan maka jalur hukumlah yang pantas mengakhiri dualism ini.
“Itu usulan-usulan PSSI untuk klub yang ada dua. Nanti akan disampaikan kepada mereka. Yang pasti, tawaran yang kami ajukan ini bernilai positif demi persatuan klub dan suporter. Kalau mereka tidak mau diadu untuk mencari pemenang, ya dibawa ke jalur hukum saja. Kalau belum ada putusan inkrah kedua tim dilarang ikut kompetisi,” tambahnya.
Ya, cara yang diusulkan Limbong saat ini juga sedang dilakukan oleh Persija Jakarta yang berlaga di Indonesia Super League. Dalam tuntutan hukumnya, Persija ISL menggugat Persija IPL dengan tuduhan memalsukan nama klub dan penggunaan logo yang seharusnya menjadi milik Persija ISL. hingga saat ini persidangan masih berlangsung namun pihak tergugat nyaris tidak pernah hadir di persidangan. (RH)
Masalah dualisme klub inipun sebenarnya tidak patut terjadi jika melihat bagaimana sejarah dari klub yang ada. Dari sana pasti bisa terlihat jelas, mana klub yang asli mana yang merupakan klub buatan atau kloningan istilahnya. Namun bukannya mengaca pada sejarah, PSSI ternyata punya cara lain untuk menyelesaikan masalah dualisme klub. Caranya pun terbilang konyol karena PSSI meminta kedua klub yang memiliki kembaran ini diadu dalam sebuah pertandingan, dimana yang menang nantinya akan berhak menggunakan nama klub tersebut.
“Diadu saja untuk menyelesaikan dualisme klub. Bagi pemenang akan menjadi klub yang sah. Biar berjalan fair play, kami siap datangkan wasit dari luar negeri,” ungkap Koordinator Timnas, Bernhard Limbong dilansir dari 12paz.
Jelas, alasan ini tampaknya sangat tidak mungkin digelar. Rasanya tidak adil jika ada klub yang memang sangat asli dan sejarahpun mencatat perjalanan mereka selama puluhan tahun harus diadu dengan klub yang baru terbentuk beberapa tahun saja. Yang lebih aneh tentunya mempertemukan kedua klub ini seolah-olah ingin mengadu domba kedua kubu klub yang kini menjadi saudara kembar tersebut.
PSSI sendiri sebenarnya sangat mudah untuk mengakhiri konflik dualism klub ini. Paling jelas tentu saja tinggal melihat kubu dari klub mana yang mendapatkan dukungan dari fans fanatiknya. Dan lagi-lagi PSSI lewat Koordinator Timnas, Bernhard Limbong pun kemudian punya cara lain untuk menyelesaikan konflik ini. jika pada akhirnya klub-klub tersebut tidak setuju diadakan pertandingan maka jalur hukumlah yang pantas mengakhiri dualism ini.
“Itu usulan-usulan PSSI untuk klub yang ada dua. Nanti akan disampaikan kepada mereka. Yang pasti, tawaran yang kami ajukan ini bernilai positif demi persatuan klub dan suporter. Kalau mereka tidak mau diadu untuk mencari pemenang, ya dibawa ke jalur hukum saja. Kalau belum ada putusan inkrah kedua tim dilarang ikut kompetisi,” tambahnya.
Ya, cara yang diusulkan Limbong saat ini juga sedang dilakukan oleh Persija Jakarta yang berlaga di Indonesia Super League. Dalam tuntutan hukumnya, Persija ISL menggugat Persija IPL dengan tuduhan memalsukan nama klub dan penggunaan logo yang seharusnya menjadi milik Persija ISL. hingga saat ini persidangan masih berlangsung namun pihak tergugat nyaris tidak pernah hadir di persidangan. (RH)
Sumber : Ceritamu.com
0 komentar:
Posting Komentar