Kediri (Madura Portal) - Dinas Pendidikan Kota Kediri mengancam akan menggugat Dewan Pendidikan Kota Kediri terkait kisruh beredarnya kunci jawaban Ujian Nasional (Unas) SMA dan sejerajat, yang sudah berlangsung beberapa waktu lalu. Pihak dinas merasa dilecehkann oleh pernyataan Sekretaris Dewan Pendidikan Syamsul Umam, pada jejaring sosial facebook
"Nanti kami adukan ke penegak hukum (polisi) untuk ditindak lanjuti. Insya Allah besok Senin atau Selasa kami masukkan laporannya. Barang buktinya print out dari facebook. Jadi, itu melecehkan dinas pendidikan. Seakan-akan, ada pengkondisian agar siswanya bisa mengerjakan dengan baik. Padahal tidak ada itu," ujar Kepala Dinas Pendidikan Kota Kediri Wachid Anshari
Wachid menyebut, Syamsul Umam telah melecehkan lembaga pendidikan melalui komentarnya di akun facebook,dengan menulis kebenaran kunci jawaban yang beredar mencapai 80 persen. "Beredar kunci jawaban itu sudah menasional, mungkin di Jombang lebih duluan, karena diberitakan lebih dulu. Bahkan, itu di Sumatera juga sama," ungkapnya.
Masih katanya, bagaimana menyikapi fenomena yang meresahkan tersebut, pihaknya akan memberikan masukan ke Kementrian Pendidikan Nasional, supaya melakukan kerjasama dalam bentuk MoU (Memorandum of Understanding) dengan operator seluler, agar kejadian itu tidak terulang pada pelaksanaan Unas tingkat SMP dan sederajat yang mulai berlangsung, pada Senin mendatang.
"Katakan naskah itu dibawa dari Jawa Timur sana. Dibawa menggunakan mobil box, dikawal oleh anggota polisi. Kemudian sampai di Polres Kediri Kota dimasukkan ke ruangan khusus, dikunci. Waktu penyerahan juga ada tim independen, kapan itu bisa bocor. Sampai sekolahan dikawal polisi juga, ada tim independen, perguruan tinggi," terangnya.
Wachid menerka, fenomena kunci jawaban Unas yang sudah beredar melalui pesan singkat SMS dari HP ke HP tersebut adalah ulah dari spekulan. Karena fenomena itu sudah Nasional, dimungkinkan bisa berasal dari mana saja. Sebagai langkah antisipasi, pihaknya sudah melakukan sosialisasi secara terus-menerus. Pihaknya juga melarang peserta Unas membawa HP, dengan ancaman yang tegas.
Terpisah, Sekretaris Dewan Pendidikan Syamsul Umam mengaku, siap menghadapi gugatan Dinas Pendidikan tersebut. Menurutnya, tulisan dalam facebook itu sudah benar dan hak Dewan Pendidikan untuk menyiarkan hasil pemantauannya kepada media, elektronik maupun laman, serta facebook.
"Soal itu saya tulis di facebook, soal hari pertama dan hari kedua pemantauan, yaitu bocor SMS kunci jawaban lewat SMS atau salinan yang diawasi atau pengawas ruangan bagaimana menurut pendapat anda? Itu yang dipersoalkan. Sementara kalau itu yang dipersoalkan, dewan pendidikan punya hak konstitusional sesuai pasal 192, ayat 5 yang artinya dewan pendidikan melaporkan tugas pelaksanaanya kepada media dan elektronik, sejenisnya atau laman, termasuk ya facebook, sebagai tanggung jawab kebada publik," kata Syamsul Umam.
Masih katanya, apabila hak konsttitusional dewan pendidikan itu dipersoalkan, maka pihaknya siap untuk meladeni. "Saya tidak menulis bahwa kebenaran kunci jawaban yang beredar itu 80 persen. Melainkan, benar ada kunci jawaban yang beredar lewat SMS pada saat pelaksanaan unas. Saya juga punya SMS-nya. Pak Wachid yang salah menginterprestasikan itu," ungkapnya. [nng/but]
"Nanti kami adukan ke penegak hukum (polisi) untuk ditindak lanjuti. Insya Allah besok Senin atau Selasa kami masukkan laporannya. Barang buktinya print out dari facebook. Jadi, itu melecehkan dinas pendidikan. Seakan-akan, ada pengkondisian agar siswanya bisa mengerjakan dengan baik. Padahal tidak ada itu," ujar Kepala Dinas Pendidikan Kota Kediri Wachid Anshari
Wachid menyebut, Syamsul Umam telah melecehkan lembaga pendidikan melalui komentarnya di akun facebook,dengan menulis kebenaran kunci jawaban yang beredar mencapai 80 persen. "Beredar kunci jawaban itu sudah menasional, mungkin di Jombang lebih duluan, karena diberitakan lebih dulu. Bahkan, itu di Sumatera juga sama," ungkapnya.
Masih katanya, bagaimana menyikapi fenomena yang meresahkan tersebut, pihaknya akan memberikan masukan ke Kementrian Pendidikan Nasional, supaya melakukan kerjasama dalam bentuk MoU (Memorandum of Understanding) dengan operator seluler, agar kejadian itu tidak terulang pada pelaksanaan Unas tingkat SMP dan sederajat yang mulai berlangsung, pada Senin mendatang.
"Katakan naskah itu dibawa dari Jawa Timur sana. Dibawa menggunakan mobil box, dikawal oleh anggota polisi. Kemudian sampai di Polres Kediri Kota dimasukkan ke ruangan khusus, dikunci. Waktu penyerahan juga ada tim independen, kapan itu bisa bocor. Sampai sekolahan dikawal polisi juga, ada tim independen, perguruan tinggi," terangnya.
Wachid menerka, fenomena kunci jawaban Unas yang sudah beredar melalui pesan singkat SMS dari HP ke HP tersebut adalah ulah dari spekulan. Karena fenomena itu sudah Nasional, dimungkinkan bisa berasal dari mana saja. Sebagai langkah antisipasi, pihaknya sudah melakukan sosialisasi secara terus-menerus. Pihaknya juga melarang peserta Unas membawa HP, dengan ancaman yang tegas.
Terpisah, Sekretaris Dewan Pendidikan Syamsul Umam mengaku, siap menghadapi gugatan Dinas Pendidikan tersebut. Menurutnya, tulisan dalam facebook itu sudah benar dan hak Dewan Pendidikan untuk menyiarkan hasil pemantauannya kepada media, elektronik maupun laman, serta facebook.
"Soal itu saya tulis di facebook, soal hari pertama dan hari kedua pemantauan, yaitu bocor SMS kunci jawaban lewat SMS atau salinan yang diawasi atau pengawas ruangan bagaimana menurut pendapat anda? Itu yang dipersoalkan. Sementara kalau itu yang dipersoalkan, dewan pendidikan punya hak konstitusional sesuai pasal 192, ayat 5 yang artinya dewan pendidikan melaporkan tugas pelaksanaanya kepada media dan elektronik, sejenisnya atau laman, termasuk ya facebook, sebagai tanggung jawab kebada publik," kata Syamsul Umam.
Masih katanya, apabila hak konsttitusional dewan pendidikan itu dipersoalkan, maka pihaknya siap untuk meladeni. "Saya tidak menulis bahwa kebenaran kunci jawaban yang beredar itu 80 persen. Melainkan, benar ada kunci jawaban yang beredar lewat SMS pada saat pelaksanaan unas. Saya juga punya SMS-nya. Pak Wachid yang salah menginterprestasikan itu," ungkapnya. [nng/but]
wehh bahaya nihhh..
BalasHapusnda bertanggung jwb skali ya
Teknologi seharusnya membawa dampak kemajuan, bukan pembodohan karakter bangsa dengan menyebarkan kunci jawaban seperti itu. Inilah bentuk penjajahan yang sebenarnya.
BalasHapuskompunetinfo