Sumenep (beritajatim.com) - Empat mahasiswa yang terluka akibat bentrok dengan aparat Kepolisian saat unjuk rasa di gedung DPRD Sumenep menolak eksplorasi dan eksploitasi migas, Rabu (27/06/12) dirawat di rumah sakit daerah (RSD) Dr. H. Moh. Anwar Sumenep.
Empat mahasiswa tersebut yakni Suryadisyah, Eko, Moh. Luthfi dan Kholis, rata-rata mengalami luka di leher dan wajah. Versi mahasiswa, mereka terluka karena dicekik dan dipukul oleh aparat Kepolisian.
Insiden tersebut mengundang keprihatinan Wakil Ketua Komisi B DPRD Sumenep, Dwita Andriani yang langsung menjenguk para korban di rumah sakit. Polisi asal PAN ini berdialog dengan mahasiswa yang tengah dirawat di ruang Instalasi Rawat darurat (IRD), menanyakan kronologis mengapa mereka sampai terluka.
"Kejadian ini memang membuat saya prihatin. Tidak seharusnya memang, aksi unjuk rasa memakan korban seperti ini," kata Dwita.
Menurutnya, aksi unjuk rasa merupakan salah satu cara mengungkapkan pendapat dan aspirasi masyarakat. "Itu bagian dari demokrasi. Asalkan sesuai aturan, dan unjuk rasanya tidak anarkis, silahkan," ujarnya.
Dwita meminta agar semua pihak bisa menahan diri menyikapi kasus tersebut, dan tidak terpancing emosinya. "Bapak-bapak polisi jangan terpancing kemudian melakukan kekerasan, yang mahasiswa juga begitu. Jangan mentang-mentang mahasiswa kemudian berdemonstrasi seenaknya. Sebaiknya kan semua saling menghargai posisinya masing-masing, supaya tidak jatuh korban," terangnya.
Ia juga meminta agar kasus ini diusut tuntas, agar tidak terulang lagi di masa-masa mendatang. "Kalau memang misalnya benar terbukti adik-adik mahasiswa ini terluka karena dipukul polisi, ya harusnya ada tindakan tegas. Tapi kalau tidak ya para mahasiswa juga harus menyadari. Boleh berunjuk rasa, tapi aksi damai," ungkap Dwita. [tem/kun]
0 komentar:
Posting Komentar