Jember (Madura Portal) Noe, vokalis band Letto, hadir menyindir anggota lembaga perwakilan rakyat, dalam bedah buku 'Membunuh Indonesia' di Rumah Makan Lestari, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Rabu (25/4/2012) malam. Anggota DPRD Jember terpancing.
Tampil sebagai pembicara bersama dua penulis buku tersebut, Noe dengan blak-blakan gaya khas anak muda menyindir perilaku anggota DPR yang tidak membela kepentingan rakyat. Buku 'Membunuh Indonesia' memaparkan tentang bagaimana adanya konspirasi global penghancuran kretek melalui Rencana Peraturan Pemerintah tentang tembakau.
Noe, sebagaimana dua penulis buku itu, Abhisam DM dan Miranda Harlan, sepakat bahwa industri rokok dan farmasi Amerika Serikat tengah berupaya melemahkan industri kretek. Dalih yang digunakan adalah dalih kesehatan, melalui regulasi yang digodok di DPR RI.
Noe lantas melemparkan guyonan soal wakil rakyat. Menurutnya, ada seorang tukang kayu yang tak pernah naik pesawat terpilih menjadi anggota DPR. Suatu ketika, si anggota DPR ini untuk pertama kalinya naik pesawat dan kebingungan mencari tempat duduk.
Maka, bertanyalah sang anggota Dewan kepada pramugari. "Oh, Bapak duduk di kursi eksekutif," kata sang pramugari.
Mendengar itu, sang wakil rakyat justru membantah. "Bukan, bukan. Saya ini bukan eksekutif. Saya ini legislatif," kata Noe, menirukan jawaban sang wakil rakyat, disambut tawa para hadirin.
Kritikan-kritikan Noe yang diikuti humor segar rupanya membuat Abdul Ghafur, anggota Komisi D DPRD Jember yang hadir dalam acara itu terpancing. "Saya termasuk kelompok (anggota DPR,Red) yang disindir tadi," katanya.
Ghafur menyatakan, kendati usianya sudah kepala empat, semangatnya masih muda. "Perut ke atas 40 tahun, perut ke bawah 17 tahun," katanya, disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.
Ghafur balik menyindir Noe dan anak-anak muda masa kini yang dinilainya tidak konsisten. Noe dan anak-anak muda mengecam habis Amerika Serikat, Inggris, dan kapitalisme global. "Tapi saya tanya, ada berapa dari kita yang pakai celana 'jeans'. Panjenengan kalau mau membongkar semua saya sepakat. Kita bilang Amerika kita setrika, tapi saya tidak menemukan setrikanya. Saya sejak kuliah tidak pakai celana 'jeans'," katanya.
Ghafur lantas balik bertanya kepada Noe dan anak-anak muda yang hadir dalam acara bedah buku itu. "Ke depan apa yang bisa dilakukan," katanya, lantang.
Balik disindir begitu, Noe menjelaskan, bahwa dirinya tak bermaksud menyerang secara personal. Sindirannya tersebut didasarkan pada pengamatannya kepada kinerja wakil rakyat secara kelembagaan.
Namun Noe masih meneruskan sindirannya soal celana jeans. "Kalau tak boleh pakai celana jeans (baca: jins), kita pakai celana setan saja," katanya, lagi-lagi disambut tawa hadirin.
Noe juga mengkritik balik pernyataan Ghafur yang mempertanyakan sumbangsih pemikiran generasi muda. "Kalau saya yang disuruh mikir, ya biar saya yang jadi wakil rakyat. Anak muda bisa mendefinisikan persoalan di Indonesia ini saja sudah lumayan," katanya.
Sementara itu, Lilik Ni'amah, Wakil Ketua Komisi B DPRD Jember yang juga hadir dalam acara itu, mengatakan, dirinya sudah berteriak memprotes perlakuan pemerintah terhadap petani tembakau. "Tapi saya suara minoritas," katanya.
Noe memuji semangat para anggota DPR atau DPRD yang masih semangat berteriak walau tak didengar. Teriakan tersebut harus terus diperdengarkan walau tak ada yang peduli.
Abhisam memuji kehadiran dua anggota DPRD Jember dalam acara bedah buku itu. "Saya mengapresiasi dua anggota Dewan yang mau datang, meski tanpa uang transpor. Ini luar biasa," katanya. [wir]
Tampil sebagai pembicara bersama dua penulis buku tersebut, Noe dengan blak-blakan gaya khas anak muda menyindir perilaku anggota DPR yang tidak membela kepentingan rakyat. Buku 'Membunuh Indonesia' memaparkan tentang bagaimana adanya konspirasi global penghancuran kretek melalui Rencana Peraturan Pemerintah tentang tembakau.
Noe, sebagaimana dua penulis buku itu, Abhisam DM dan Miranda Harlan, sepakat bahwa industri rokok dan farmasi Amerika Serikat tengah berupaya melemahkan industri kretek. Dalih yang digunakan adalah dalih kesehatan, melalui regulasi yang digodok di DPR RI.
Noe lantas melemparkan guyonan soal wakil rakyat. Menurutnya, ada seorang tukang kayu yang tak pernah naik pesawat terpilih menjadi anggota DPR. Suatu ketika, si anggota DPR ini untuk pertama kalinya naik pesawat dan kebingungan mencari tempat duduk.
Maka, bertanyalah sang anggota Dewan kepada pramugari. "Oh, Bapak duduk di kursi eksekutif," kata sang pramugari.
Mendengar itu, sang wakil rakyat justru membantah. "Bukan, bukan. Saya ini bukan eksekutif. Saya ini legislatif," kata Noe, menirukan jawaban sang wakil rakyat, disambut tawa para hadirin.
Kritikan-kritikan Noe yang diikuti humor segar rupanya membuat Abdul Ghafur, anggota Komisi D DPRD Jember yang hadir dalam acara itu terpancing. "Saya termasuk kelompok (anggota DPR,Red) yang disindir tadi," katanya.
Ghafur menyatakan, kendati usianya sudah kepala empat, semangatnya masih muda. "Perut ke atas 40 tahun, perut ke bawah 17 tahun," katanya, disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.
Ghafur balik menyindir Noe dan anak-anak muda masa kini yang dinilainya tidak konsisten. Noe dan anak-anak muda mengecam habis Amerika Serikat, Inggris, dan kapitalisme global. "Tapi saya tanya, ada berapa dari kita yang pakai celana 'jeans'. Panjenengan kalau mau membongkar semua saya sepakat. Kita bilang Amerika kita setrika, tapi saya tidak menemukan setrikanya. Saya sejak kuliah tidak pakai celana 'jeans'," katanya.
Ghafur lantas balik bertanya kepada Noe dan anak-anak muda yang hadir dalam acara bedah buku itu. "Ke depan apa yang bisa dilakukan," katanya, lantang.
Balik disindir begitu, Noe menjelaskan, bahwa dirinya tak bermaksud menyerang secara personal. Sindirannya tersebut didasarkan pada pengamatannya kepada kinerja wakil rakyat secara kelembagaan.
Namun Noe masih meneruskan sindirannya soal celana jeans. "Kalau tak boleh pakai celana jeans (baca: jins), kita pakai celana setan saja," katanya, lagi-lagi disambut tawa hadirin.
Noe juga mengkritik balik pernyataan Ghafur yang mempertanyakan sumbangsih pemikiran generasi muda. "Kalau saya yang disuruh mikir, ya biar saya yang jadi wakil rakyat. Anak muda bisa mendefinisikan persoalan di Indonesia ini saja sudah lumayan," katanya.
Sementara itu, Lilik Ni'amah, Wakil Ketua Komisi B DPRD Jember yang juga hadir dalam acara itu, mengatakan, dirinya sudah berteriak memprotes perlakuan pemerintah terhadap petani tembakau. "Tapi saya suara minoritas," katanya.
Noe memuji semangat para anggota DPR atau DPRD yang masih semangat berteriak walau tak didengar. Teriakan tersebut harus terus diperdengarkan walau tak ada yang peduli.
Abhisam memuji kehadiran dua anggota DPRD Jember dalam acara bedah buku itu. "Saya mengapresiasi dua anggota Dewan yang mau datang, meski tanpa uang transpor. Ini luar biasa," katanya. [wir]
Sumber @ Berita Jatim
0 komentar:
Posting Komentar